Perkembangan Busana Adat Kepura Masyarakat Hindu Bali Dalam Era Globalisasi
DOI:
https://doi.org/10.23887/ap.v5i1.20784Abstract
Perkembangan Busana Adat Kepura Masyarakat Hindu Bali Dalam Era Globalisasi
Oleh
Ni Made Merlina Dwi Heriani (1704071013), I Putu Putrayana Wardana
Merlina_dewi205@gmail.com , putra.yana@undiksha.ac.id
PENDAHULUAN
Dewasa ini globalisasi sangat mempengaruhi zaman. Segala aspek menjadi berubah akibat dari arus globalisasi. Termasuk gaya hidup yang suka kebarat-baratan, mulai dari sikap, bicara, maupun dalam berbusana. Salah satu perubahan yang paling mencolok adalah soal penampilan (gaya pakaian). Gaya pakaian menjadi salah satu hal yang sangat mempengaruhi kepribadian seseorang di era globalisasi saat ini.
Tekanan globalisasi dewasa ini memang membawa dampak terjadinya pergeseran etika dalam berbusana adat ke Pura oleh masyarakat Hindu di Bali. Banyak masyarakat Bali yang kurang memahami dan juga ada yang tidak mau memahami tentang etika dalam berpakaian ke Pura. Banyak dari meraka terutama kaum perempuan yang memakai model baju kebaya (baju atasan yang sering dikenakan para wanita dalam persembahyangan ke Pura) yang kurang sesuai. Pada dasarnya berbusana tentu akan lebih baik jika disesuaikan dengan aktifitas / kegiatan yang akan dilakukan. Wanita sering kita jumpai mengenakan kebaya dengan bahan transparan dengan kain bawahan (kamen) bagian depan hanya beberapa cm dibawah lutut untuk melakukan persembahyangan. Kita seharusnya mengetahui bahwa pikiran setiap manusia tentu tidak sama, ada yang berpikir positif bahwa itulah trend mode masa kini. Tapi ada yang berpikiran negatif tentu tidak sedikit, inilah permasalahanya bagi orang yang mempunyai pikiran negatif, paling tidak busana terbuka akan mempengaruhi kesucian pikiran umat lain yang melihatnya.
Hal ini bisa terjadi karena pola pikir masyarakat. Mereka tidak mengerti akan makna dari busana adat Bali tersebut. Untuk itu agar tidak terus-menerus keliru, perlu adanya pemberitahuan kepada masyarakat secara umum tentang tatwa dalam berbusana adat Bali. Sehingga masyarakat menjadi lebih paham dang mengerti makna-makna yang terkandung dalam busana adat kepura. Jadi berpakaian ke pura itu di harapkan pakaian yang bisa menumbuhkan rasa nyaman baik yang memakai maupun yang melihat, menumbuhkan rasa kesucian, dan mengandung kesederhanaan. Warnanya pun akan lebih baik yang berwarna tidak ngejreng, karena pakaian bisa menumbuhkan kesucian pikiran.
Sebagai masyarakat Hindu Bali sepatutnya mempelajari, memahami dan juga melakasakan etika dalam berpakaian untuk persembahyangan ke Pura. Pikiranlah yang utama mengantarkan bhakti kita kehadapan Ida Shang Hyang Widhi Wasa. Dan apabila hanya ingin mengikuti trend dan mode pakaian yang dikenakan bisa menggagu konsentrasi, tentu saja itu akan membuat terganggunya situasi persembahyangan yang khusyuk.