Nilai Ekologis dalam Upacara Mamapas Lewu Suku Dayak Ngaju
DOI:
https://doi.org/10.23887/jish.v11i2.40880Keywords:
Mamapas Lewu, Dayak Ngaju, Nilai Ekologis, Kepedulian, Alam SemestaAbstract
Mamapas lewu adalah salah satu upacara penting dalam komunitas suku Dayak Ngaju. Upacara ini biasaya melibatkan seluruh penduduk desa atau kampung. Tujuannya adalah agar desa atau kampung tersebut dihindarkan dari bencana. Upacara Mamapas lewu tersebut sarat dengan nilai ekologis.Tujuan penelitian ini adalah menemukan nilai-nilai ekologis yang terdapat dalam upacara Mamapas lewu yang dilakukan oleh suku Dayak Ngaju, Kalimantan Tengah. Nilai-nilai tersebut dapat mendorong kepedulian masyarakat dalam memelihara lingkungan hidup. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Data diperoleh dari sumber literatur yang berhubungan dengan topik dan dari hasil wawancara serta pengamatan terlibat dengan kelompok suku Dayak Ngaju. Penelitian ini menunjukkan bahwa upacara Mamapas lewu mengandung nilai kepedulan ekologis yang berguna untuk masyarakat ikut serta secara aktif memelihara alam semesta. Kepedulian tersebut terlihat dalam pemahaman bahwa alam adalah saudara, alam adalah subyek yang memiliki entitas, dan adanya pengakuan bahwa manusia dan alam saling bergantung. Hubungan tersebut tidak dibahas secara jelas dalam tulisan-tulisan sebelumnya. Tulisan sebelumnya lebih banyak menggambarkan jalannya upacara dan kaitannya dengan ritual suku Dayak Ngaju. Selain itu, penelitian sebelumnya juga lebih menggali nilai ekologis secara umum. Penelitian ini justru membuktikan bahwa ada potensi besar dalam upacara Mamapas lewu yang dapat mendorong kepedulian masyarakat, khususnya orang Dayak Ngaju terhadap alam semesta.
References
Adrian, S., & Gde, P. A. (2019). Pemodelan Spasial Skenario Pengembangan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Teknik ITS, 7(2), C269–C274. https://doi.org/10.12962/j23373539.v7i2.33534
Agama Lokal Merespon Wabah (Part 4) - Dr. Marko Mahin (Peneliti Studi Dayak-21) - YouTube. (n.d.).
Akbar, A., Adriani, S., & Priyanto, E. (2021). The potential for peatland villages to prevent fire: Case study of Tumbang Nusa Village Central Kalimantan. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 758(1), 9–11. https://doi.org/10.1088/1755-1315/758/1/012017
Amirullah, A. (2015). Krisis Ekologi: Problematika Sains Modern. LENTERA, 17(1).
Angriani, F., & Kumalawati, R. (2016). Pemetaan Bahaya Banjir Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. Spatial: Wahana Komunikasi Dan Informasi Geografi, 16(2), 21–26. https://doi.org/10.21009/SPATIAL.162.03
Arif, A. (2016). Analisis Yuridis Pengrusakan Hutan (Deforestasi) dan degradasi Hutan terhadap Lingkungan. Jurisprudentie : Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah Dan Hukum, 3(1), 33–41.
Austin, K. G., Schwantes, A., Gu, Y., & Kasibhatla, P. S. (2019). What causes deforestation in Indonesia? Environmental Research Letters, 14(2). https://doi.org/10.1088/1748-9326/aaf6db
Baier, M. (1999). Sumber-sumber mitos penciptaan Suku Dayak Ngaju: Perbandingan dan pengaruhnya atas praktek Agama Suku Dayak Ngaju.
Banjir Awal Tahun di Kalsel Jadi yang Terburuk dalam 10 Tahun Terakhir - Suara Kaltim. (n.d.).
Banjir di Kalimantan Hampir Merata: Kalsel, Kalteng dan Kalbar. (n.d.). https://tirto.id/banjir-di-kalimantan-hampir-merata-kalsel-kalteng-dan-kalbar-glue
Banjir Kalimantan, BNPB : Mutlak Restorasi Lingkungan | Republika Online. (n.d.).
Borrong, R. P. (2019). Kronik Ekoteologi: Berteologi Dalam Konteks Krisis Lingkungan. Stulos, 17(2), 183–212.
BPS Kabupaten Pulang Pisau. (n.d.).
Caesarina, H. M., & Rahmani, R. (2021). Keterkaitan Permukiman Tepi Sungai dan Ruang Terbuka Hijau-Biru terhadap Kerentanan Bencana Banjir di Kota Kasongan Kalimantan Tengah. Prosiding Seminar Nasional Planoearth, 2(0), 88–92.
Chilwanto, E., Safna, S., Mutiara, M., Rahmad, G., Offeny, O., & Saefulloh, A. (2021). Upacara Adat Mamapas lewu (Studi Kasus Di Kota Kasongan Kalimantan Tengah). Jurnal Kewarganegaraan, 5(2), 347–354. https://doi.org/10.31316/jk.v5i2.1673
D Werth, R. A. (2002). The local and global effects of Amazon deforestation. J. Geophys. Res. Atmos., 107(D20), 8087. https://doi.org/10.1029/2001jd000717
Fios, F. (2019). Menjadi Manusia Spiritual-Ekologis Di Tengah Krisis Lingkungan - Sebuah Review. Jurnal Sosial Humaniora (Jsh), 12(1), 39–50. https://doi.org/10.12962/J24433527.V12I1.5066
Kweku, D. W., Bismark, O., Maxwell, A., Desmond, K. A., Danso, K. B., Asante Oti-Mensah, E., Quachie, A. T., Adormaa, B. B., & Dopico, E. (2017). Greenhouse Effect: Greenhouse Gases and Their Impact on Global Warming. Journal of Scientific Research and Reports, 17(6), 1–9. https://doi.org/10.9734/JSRR/2017/39630
Lawrence, D., & Vandecar, K. (2014). Effects of tropical deforestation on climate and agriculture. Nature Climate Change 2015 5:1, 5(1), 27–36. https://doi.org/10.1038/nclimate2430
Linggua Sanjaya Usop, & Indra Perdana. (2021). Ritual Hinting Pali as Resistance of the Dayak Ngaju Community (Case Study of Expansion of Large-Scaled Palm Oil Company to Ecology, Dayak Ngaju Community). Lakhomi Journal Scientific Journal of Culture, 2(2), 73–81. https://doi.org/10.33258/lakhomi.v2i2.472
Lita Sumiyati, S. J. (2017). Nilai Ekologis Ekosistem Hutan Mangrove. Jurnal Biologi Tropis, 17(1). https://doi.org/10.29303/jbt.v17i1.389
Mitchell, Bruce, B. Setiawan, D. H. R. (2010). Pengelolaan sumber daya dan lingkungan. Gadjah Mada University Press.
Moeleong, L. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Rosdakarya.
Molet, L., Schärer, H., & Needham, R. (1965). Ngaju Religion. The Conception of God among a South Borneo People. Anthropologica, 7(2), 288. https://doi.org/10.2307/25604664
Niman, E. M. (2016). Kearifan Lokal dan Upaya Pelestarian Lingkungan Alam. Pendidikan Dan Kebudayaan Missio, 11(1), 91–106. http://jurnal.unikastpaulus.ac.id/index.php/jpkm/article/view/139
Risal, M. (2018). Multinational Coporations (MNC) Perkebunan Kelapa Sawit di Kalimantan Timur: Dampak Aspek Lingkungan, Sosial Budaya, dan Ekonomi. Jurnal Hubungan Internasional Interdependence, 3(1).
Ritual Mamapas lewu, Maarak Sahur. Bagian 1 - YouTube. (n.d.). Retrieved March 6, 2022, from https://www.youtube.com/watch?v=VmS2FcO0Yu8
Riwut, T. (2003). Maneser Panatau Tatu Hiang, Menyelami Kekayaan Leluhur (N. Riwut (Ed.); 1st ed.). PUSAKALIMA.
Schärer, H. (1963). Ngaju Religion: The Conception of God among a South Borneo People (R. Needham (Ed.)).
Setiawan, A. Y. (2018). Nilai-Nilai Interaksi Budaya Masyarakat Sekitar Bumi Alit Batukarut Kabupaten Bandung | Geoarea | Jurnal Geografi. Geoarea Jurnal Geografi, 1(1), 8–14. https://unibba.ac.id/ejournal/index.php/Geoarea/article/view/87
Sugara, B. (2021). Nilai Budaya Pali Dayak Ngaju (Cultural Value As Represented in the Pali of Dayak Ngaju). Jurnal Bahasa, Sastra Dan Pembelajarannya, 11(2), 286. https://doi.org/10.20527/jbsp.v11i2.11724
Sukanal, B., Bisaral, D., Teknologi, P., & Masyarakat, I. K. (2015). Kejadian Ispa Dan Pneumonia Akibat Kebakaran Hutan Di Kabupaten Pulang Pisku Provinsi Kalimantan Tengah.
Suwito, S. (2019). Upacara Mamapas lewu pada Masyarakat Hindu Kaharingan di Desa Petak Bahandang Kecamatan Tasik Payawan Kabupaten Katingan. Bawi Ayah: Jurnal Pendidikan Agama Dan Budaya Hindu, 8(1), 72–86. https://doi.org/10.33363/ba.v8i1.302
Syamsudin, M. (2017). Krisis Ekologi Global dalam Persfektif Islam. Jurnal Sosiologi Reflektif, 11(2), 83. https://doi.org/10.14421/jsr.v11i2.1353
Syamsuri, S. (2021). The Katingan Conservation Program for Borneo as A Sustainable Development Strategy at Katingan Regency, Central Kalimantan. https://doi.org/10.4108/eai.17-7-2019.2303408
Yuliana, Y. (2019). Ritual Adat Hinting Pali Sebuah Resolusi Konflik Alternatif: Strategi Membuka Komunikasi pada Konflik Tanah Adat Temanggung Doho dan PT. KArya Dwi Putera (PT KDP) di Desa Tumbang Marak Kalteng. Jurnal Sosiologi Nusantara, 5(2), 157–170. https://doi.org/10.33369/JSN.5.2.157-170
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2022 Tahan Mentria Cambah
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with the Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal the right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License (CC BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work. (See The Effect of Open Access)