Analisis Tipologi Desa Tertinggal di Kabupaten Bojonegoro
Main Article Content
Abstract
Suatu pembangunan seringkali belum dapat mencapai tujuan pemerataan pembangunan sehingga menimbulkan kesenjangan antar wilayah dimana terdapat wilayah yang telah berkembang dan wilayah yang masih tertinggal perkembangannya, seperti pada Kabupaten Bojonegoro yang menunjukkan adanya kesenjangan wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat perkembangan desa di Kabupaten Bojonegoro dan menganalisis pola spasial persebaran desa tertinggal di Kabupaten Bojonegoro. Jenis penelitian ini berupa penelitian survei deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang berbasis pada analisis data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan analisis faktor untuk menentukan tingkat perkembangan desa serta menentukan penyebab variasi tingkat perkembangan dan analisis tipologi desa untuk menganalisis pola spasial persebaran desa tertinggal di Kabupaten Bojonegoro. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat perkembangan wilayah desa-desa di Kabupaten Bojonegoro di dominasi oleh desa dengan kategori berkembang dengan presentase 63,72% dan hanya 16,05% desa dengan kategori tertinggal. Desa dengan kategori tertinggal umumnya berada pada daerah perbukitan dan di sekitar Bengawan Solo. Tingkat perkembangan wilayah desa di Kabupaten Bojonegoro dibentuk oleh faktor jarak fasilitas umum, faktor sumberdaya alam, faktor kesehatan dan kemiskinan, faktor mitigasi bencana, faktor industri, pemasaran, pengguna listrik dan faktor proporsi sekolah, proporsi tenaga kesehatan. Desa tertinggal di Bojonegoro dibagi kedalam 8 tipologi, yaitu desa tertinggal di dataran koridor antar kota berjumlah 10 desa, desa tertinggal di dataran perdesaan berjumlah 22 desa, desa tertinggal di dataran pinggiran berjumlah 14 desa, desa tertinggal dataran terisolasi hanya 1 desa, desa tertinggal di perbukitan koridor antar kota berjumlah 4 desa, desa tertinggal di perbukitan perdesaan berjumlah 11 desa, dan desa tertinggal di perbukitan terisolasi berjumlah 8 desa, sedangkan desa di dataran kota tidak tidak ada yang masuk dalam kategori tertinggal.
Kata Kunci : Tingkat Perkembangan Wilayah; Tipologi Desa; Desa Tertinggal
Article Details
Authors who publish with the Media Komunikasi Geografi agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal the right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License (CC BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work. (See The Effect of Open Access)
References
Ardiyanto. (2018). Ketimpangan Pembangunan Dan Arahan Rencana Pengembangan Wilayah Kota Palembang. Institut Pertanian Bogor.
Bhattacharyya, S., & Resosudarmo, B. P. (2014). Growth, Growth Accelerations, and the Poor: Lessons from Indonesia. UK and Australia: World Development.
Bytyqi, V. (2018). The Impacts of Settlement Extension on Soil Resources : A Case Study in Drenica River Basin ( Kosovo ). Media Komunikasi Geografi, 19(1), 101–113.
Chen, K., & Ge, Y. (2015). Spatial Point Pattern Analysis on The Villages in China’s Poverty-Stricken Areas. Journal Environmental Sciences, 27, 98–105.
Christiawan, P. I. (2019). Tipe Urban Sprawl dan Eksistensi Pertanian di Wilayah Pinggiran Kota Denpasar. Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, 7(2).
Jain, M., & Dimri, A. P. (2016). Urban sprawl Patterns and Processes in Delhi from 1977 to 2014 Based on Remote Sensing and Spatial Metrics Approaches. Earth Interactions Journal, 2, 1–29.
Khalimah, N. I. (2019). Analisis Pola Spasial Kemiskinan di Pulau Jawa. Universitas Gadjah Mada.
Liao, H. F., & Wei, Y. H. D. (2013). Tncs’ Technology Linkages with Domestic Firms: An Investigation of The Ict Industry in Suzhou, China. Environment and Planning, 31, 460–473.
Muta’ali, L. (2011). Kapita Selekta Pengembangan Wilayah. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) UGM.
Muta’ali, L. (2013). Pengembangan Wilayah Perdesaan. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) UGM.
Muta’ali, L. (2014). Pengembangan Wilayah Tertinggal. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi (BPFG) UGM.
Muta’ali, L. (2015). Teknik Analisis Regional Untuk Perencanaan Wilayah, Tata Ruang dan Lingkungan. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
Rustiadi, E., Saefulhakim, S., & Panuju, D. R. (2011). Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Crestpent Press.
Sadali, M. I., Intizhar, F., & Aisyah. (2017). Analisis Ketersediaan Fasilitas Sosial di Kabupaten Banjarnegara, sebagai Pendukung Kondisi Darurat Bencana dan Pengembangan Wilayah. Media Komunikasi Geografi, 18(2), 128–145.
Sugiyarto, Mulyo, J. H., & Seleky, R. N. (2015). Kemiskinan Dan Ketimpangan Pendapatan Rumah Tangga Di Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Agro Ekonomi, 26(2), 115–120.