Makna Ritus “Teing Tinu” Masyarakat Manggarai dan Praktik Xiao (孝) dalam Pemikiran Confucius
The Meaning of the Manggarai People's "Teing Tinu" Rite and the Practice of Xiao (孝) in Confucian Thought
DOI:
https://doi.org/10.23887/jfi.v7i2.76519Kata Kunci:
kebudayaan, ritus teing tinu, Xiao, orang tua, nilai, maknaAbstrak
Fokus utama tulisan ini adalah menggali nilai filosofis dalam ritus “teing tinu” masyarakat Manggarai dan praktik Xiao (孝) dalam ajaran Konfusius. Ritus teing tinu memiliki makna sebagai wujud tanggung jawab dari anak-anak kepada orang tua. Ritus ini juga merupakan wujud bakti dan rasa hormat anak kepada orang tua serta ungkapan terima kasih atas segala kebaikan dan jasa orang tua terhadap anak-anak selama hidup di dunia. Ritus teing tinu menjadi bentuk kearifan lokal masyarakat Manggarai yang patut dilestarikan serta diwariskan kepada kaum muda. Harapan ini seolah terpupus oleh minimnya perhatian kaum muda terhadap ritus teing tinu, yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi yang semakin pesat. Sikap hidup pragmatis dan acuh tak acuh kaum muda Manggarai berdampak pada terkikisnya makna dan nilai yang terkandung dalam ritus teing tinu. Merebaknya budaya kekerasan, sikap kasar, mudah tersulut emosi, serta anarkisme sosial yang menggurita kini mulai menghinggapi hidup kaum muda Manggarai. Berbagai problem hidup dan derasnya arus zaman yang sulit terbendung ini membuat penulis terpanggil untuk menggali dan berusaha menarik makna yang termuat dalam kebudayaan Manggarai khususnya budaya teing tinu sebagai upaya menarik kembali kaum muda Manggarai pada norma hidup yang berlaku di Manggarai khususnya budaya saling menghormati dan sopan santun. Penulis menggunakan metode studi pustaka dan pembacaan kritis atas budaya Manggarai dan karya-karya Konfusius secara khusus mengenai praktik Xiao dalam karya-karyanya. Penelitian ini menemukan bahwa, aneka nilai dalam ritus teing tinu bertalian erat dengan nilai dalam praktik Xiao ajaran Konfusius.
Referensi
Avi, G. (2020). Ritus Da’de Suku Cepang Manggarai dalam Terang Pemikiran Mircea Eliade (Tinjauan Antropologis-Filosofis). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: STFT Widya Sasana.
Bakker, J. W. M. (1984). Filsafat Kebudayaan: Sebuah pengantar. Kanisius.
Chen, M., & Charles, S. (2012). Iman, Budaya, dan Pergumulan Sosial: Refleksi Yubileum 100 tahun Gereja Katolik Manggarai. Penerbit Obor.
Darman, A., B. (2023). Memaknai Ritus “Teing Hang Tinu” Pada Masyarakat Todo (Manggarai) dalam Perspektif Putra Sirakh 3:1-16 dan Relevansinya Bagi Kaum Muda Todo Masa Kini. Skripsi diterbitkan. Dalam repository. iftkledalero.ac.id. Maumere: IFTK Ledalero- Flores, NTT.
Deki, K., T. (2011). Tradisi Lisan Orang Manggarai. Parrehesia.
Gibran, K. (1983). Sang Nabi. Pustaka Jaya.
Ikels, C. (2004). Filial Piety: Practice and Discource in Contemporary East Asia. Stanford University Press.
Kebung, K. (2011). Filsafat Berpikir Orang Timur (Indonesia, China dan India). Prestasi Pustaka Publisher.
Kelen, D., S. (2016). Dosa dan Pembebasan dalam Filsafat Agama (dalam Dosa dan Pengampunan: Pergulatan Manusia dengan Allah). Widya Sasana Publication.
Kompas. com. 15 Mei 2022. Mengenal Tradisi Teing Tinu, Wujud Syukur dan Terima Kasih Anak kepada Orang Tua di Manggarai NTT.
Kompas. com. 21 februari 2024. Dwichandra, Kirana Felia & Megawanti Pujita Siri. 2024). Studi Komparatif: Persepsi Hubungan Timbal Balik dengan Orangtua pada Mahasiswa/I Etnis Sunda dan Tionghoa. https://www.researchgate.net/publication/346656445.
Konfusius. (2010). Analek Konfusius: Kitab kearifan lokal Konfusius. New Digglosia.
Kusumohamidjojo, B. (2000). Kebhinekaan Masyarakat Indonesia. Gramedia.
Kusumohamidjojo, B. (2010). Sejarah Filsafat Tiongkok- Sebuah pengantar Komprehensif. Jalasutra.
Lan, Fung-Yu. (2007). Sejarah Filsafat Cina (Short History of Chinese Philosophy). Pustaka Belajar.
Liliweri, A. (2014). Pengantar Studi Kebudayaan. Nusa Media.
Mulia, A., & Sudiarna, I., G., P. (2019). Sistem Pelapisan Sosial dalam Ritual Teing Ela Tinu Pada Masyarakat Desa Watu Rambung. Sunari Penor. 3(1), 4-12.
Neville, R., C. (2008). Ritual and Difference: Extending Chinese Philosophy in a Comparative Contexs. State University Of New York Press.
Pratiwi, I., & Agung, I., M. (2022). Keberbaktian Remaja pada Ayah: Pendekatan Indigenous Psychology. Jurnal Psikologi Islam dan Budaya. 5(1), 47-58.
Regus, M., & Deki, K., T. (2011). Gereja Menyapa Manggarai: Menghirup Keutamaan Tradisi, Menumbuhkan Cinta, menjaga Harapan. Yayasan Theresia Pora Plate.
Reksosusilo, S. (2008). Sejarah Awal FIlsafat Timur (Hinduisme, Budhisme, dan Filsafat Cina Awal). Pustaka Publikasi Filsafat Teologi Widya Sasana.
Riyanto, A. (2015). Kearifan lokal-Pancasila, Butir-Butir Filsafat Keindonesiaan. Kanisius.
Sehajun, R. (2013). Menggapai Harmoni Melalui Ren. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: STFT Widya Sasana.
Tarmin, B. (2022). Manusia Sejati dalam Konsep Zhengming. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: STFT Widya Sasana.
Wang, A. (2012). The Wisdom Of Confucius. Gramedia.
Wendos, M., D., P. (2023). Ritus Teing Tinu Masyarakat Manggarai dalam Konsep Individualitas dan Sosialitas Armada Riyanto.
Zuhry, A., D. (2013). Filsafat Timur (Sebuah Pergulatan Menuju Manusia Paripurna). Madani.
Unduhan
Diterbitkan
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Filsafat Indonesia
Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Jurnal Filsafat Indonesia Undiksha is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.